Piala-piala Indonesia Coffee Events 2019 |
Kompetisi kopi nasional tuntas digelar
dari babak penyisihan barat dan timur hingga menuju final. Final Indonesia
Coffee Events (ICE) 2019 dilaksanakan 22-24 Februari di Kuningan City, Jakarta.
Juara dari masing-masing babak penyisihan dan 18 peserta di setiap kategori
dengan nilai tertinggi bertanding memperebutkan juara nasional.
Sebelumnya, babak penyisihan regional
barat diadakan di 5758 Coffee Lab pada 11-13 Januari untuk kategori Indonesia
Latte Art Championship (ILAC) dan Indonesia Brewers Cup (IBrC); kategori
lainnya seperti Indonesia Barista Championship (IBC) dan Indonesia Cup Tasters
Championship (ICTC) berlangsung di Noah’s Barn, Bandung pada 14-16 Januari
2019. Sementara, untu babak penyisihan regional di timur para peserta
berkompetisi langsung di satu lokasi, yaitu di Goedang Popsa, Makassar pada
25-27 Januari 2019.
Berikut daftar juara dari regional
barat:
IBrC Western Championship
1. Monika D. J.
Zendrato (PT Gordi Kreasi Indonesia)
2. Yoshua Tanu (Common
Grounds Coffee Roastery)
3. Andi Baginda
Adiputra (Starbucks Mall Puri Indah)
ICTC Western Championship
1. Yessylia Violin
(Common Grounds Coffee Roastery / PT Republik Kopi Indonesia)
2. Seto Herusatmoko
(PT Wibrosky Coffee)
3. Nick Claysius
(Contrast Coffee Roastery)
ILAC Western Championship
1. Robby Firlian (St.
ALI)
2. Muhammad Ramiz
Abdul Jabbar (Dua Coffee)
3. Ovie Kurniawan (PT
Republik Kopi Bandung)
IBC Western Championship
1. Yessylia Violin
(Common Grounds Coffee Roastery / PT Republik Kopi Indonesia)
2. Mikael Fransiskus
(PT Republik Kopi Indonesia)
3. Muhammad Aga (Shoot
Me in the Head)
Untuk daftar juara babak penyisihan
regional timur adalah sebagai berikut:
IBrC Eastern Championship
1.Shayla Philipa (Hungry Bird Coffee
Roaster)
2.Gandhi Pramita (MMMM Coffee)
3.Ismiyati (Kelas Kopi by Nestcology)
ICTC Eastern Championship
1.Bella Sofia Gunawan (independen)
2.Hani Fauzi Tahir (Anomali Coffee)
3.Rakay Pikatan Malik (The Bean Garden
Coffee)
ILAC Eastern Championship
1.Ahmad Chomarudin (BC Street Coffee)
2. Usri Azis (Kedai Rakyat Indonesia)
3. Restu Sadam Hasan (Hungry Bird
Coffee Roaster)
IBC Eastern Championship
1.Michael Seno Ardabuana (Hungry Bird
Coffee Roaster)
2. Julian Heru Sibarani (Djournal
Coffee Bali)
3. Arief Rachman (Gudang Kopi
Yogyakarta)
Tidak sampai sebulan dari babak
penyisihan regional, peserta terpilih kembali mempertunjukkan kebolehannya di
masing-masing kategori di Jakarta. Perhelatan final di ibukota ini juga
dibarengi dengan Coffee Village di mana para pengunjung dapat mencicipi kopi
dari berbagai gerai kopi hingga memilih beraneka peralatan menyeduh kopi.
Berikut hasil kompetisi nasional ICE
2019:
Para juara IBC |
IBC
1. Mikail Fransiskus M.
Jasin (PT Republik Kopi Indonesia)
2. Muhammad Aga (Shoot
Me in the Head)
3. Yessylia Violin (Common
Grounds Coffee / PT Republik Kopi Indonesia)
Para juara ICTC |
ICTC
1. Rahmat
Fatrianto (Kopi Teori Makassar)
2. Yessylia
Violin (Common Grounds Coffee / PT Republik Kopi Indonesia)
3. Bilal
Nusantara (Upnormal Coffee Roaster)
Para juara IBrC |
IBrC
1. Muhammad Fakhri
(independen)
2. Evelyne Yamin
(Sensory Lab)
3. Ryan Wibawa (independen)
Para juara ILAC |
ILAC
1. Restu Sadam
Hasan (Hungry Bird Coffee Roaster)
2. Robby
Firlian (St. ALI)
3. M. Ramiz Abdul
Jabbar (Dua Coffee)
Para jawara dari setiap kategori
seperti Mikael Fransiskus M. Jasin (IBC) dan
Muhammad Fakhri (IBrC) resmi menjadi wakili Indonesia di kompetisi kopi
dunia yang akan dilaksanakan pada Specialty
Coffee Expo, 11-14 April 2019, di Boston, Amerika Serikat. Restu Sadam Hasan
(ILAC) dan Rahmat Fatrianto (ICTC) akan bertanding di tingkat dunia dalam
pergelaran World of Coffee Berlin, 8-10 Juni 2019, di Berlin, Jerman.
Perwakilan Indonesia untuk kompetisi kopi dunia. |
Para juara pertama
dari semua kategori tahun lalu didominasi dari peserta regional barat, tahun
ini dapat dikatakan berimbang. Perwakilan regional timur menduduki posisi juara
untuk kategori ICTC dan ILAC. Selain itu, perwakilan independen bertambah dan
berhasil menempati juara 1 dan 3 untuk kategori IBRC.
Rahmat Fatrianto (ICTC) |
Setiap pemenang pasti
punya cerita. Seperti Rahmat Fatrianto yang baru pertama kali mengikuti
kompetisi, dengan persiapan dua minggu sebelum regional dapat lolos ke
kompetisi nasional dan bertanding dengan para peserta lainnya. Perwakilan dari
Kopi Teori sekaligus Q Arabica Grader ini berhasil mendapat skor tertinggi di
final nasional ICTC.
Mikael Fransiskus M.
Jasin berhasil menjuarai IBC setelah tahun sebelumnya menempati posisi juara
kedua. Tahun ini merupakan kali kedua kompetisi bagi Mikael yang kini menjabat
sebagai Quality Control and Marketing Manager Common Grounds Group. Sekitar
satu tahun, Mikael memikirkan konsep yang akan dibawa ke dalam kompetisi
barista. Latihan intensif menuju penyisihan regional selama kurang lebih dua
bulan di mana dirinya harus membagi waktu antara pekerjaan dan latihan. Ia memulai
hari sekitar pukul 04.00 pagi, kemudian berangkat ke roastery sekitar pukul 05.00 untuk technical exercise hingga pukul 07.00 pagi, tetap melakukan
pekerjaan harian selama 9 jam, dan malamnya lanjut berlatih untuk coffee tasting, persiapan signature beverage, dan lain-lain.
Mikael mengungkapkan bahwa mengikuti kompetisi seperti mengikuti
ekstrakurikuler, tetap harus bekerja sekaligus berlatih,
“It might sound harsh and yes it does suck to wake up at 4 everyday. But I wasn’t born with the gift of turning coffee into gold. So, I need those extra hours to be better at my craft. Repetition is what creates a calloused armor.”
Mikael Fransiskus M. Jasin (IBC) |
Dalam kompetisi
regional dan nasional, Mikael menggunakan kopi dengan varietas/kultivar Green tip geisha yang diproduksi oleh
perkebunan Finca Deborah, Panama, dengan ketinggian 1.900 mdpl, yang diproses
oleh James Savage dengan proses pascapanen extended natural. Kopi-kopi yang
ditanam dan diproses oleh Finca Deborah telah terbukti mengantarkan peraciknya
menjadi juara antara lain dalam kategori Brewers Cup tahun ini di negara-negara
lain seperti Australia,
Polandia, Malaysia, dan Austria. Pria yang
berhasil meraih juara kedua dalam kompetisi Coffee in Good Spirits di Australia
tahun 2015 & 2016 mengatakan
bahwa kesulitan yang dihadapi dalam kompetisi kali ini adalah minimnya waktu
antara regional dan nasional yang menyebabkannya melakukan perubahan dan
penyesuaian di waktu-waktu akhir.
Kemenangan Muhammad
Fakhri juga menjadi sorotan di ICE 2019. Penyeduh lewat jalur independen ini
meracik kopi dengan varietas/kultivar Green
tip geisha yang ditanam di perkebunan Finca Nuguo pada ketinggian 1.930
mdpl, Panama. Biji kopi yang diproses pascapanen anaerobic natural ini
merupakan biji kopi yang sama yang dipakai oleh Keith Koay Zizheng dari
Malaysia pada World Barista Championship (WBC) 2018 dan membawanya ke semifinal
dengan peringkat 10 WBC. Sebanyak 935 gram biji kopi ini didapat berkat rekomendasi
dari Raymond Ali yang merupakan sahabat Keith dan disangrai oleh Otniel.
Muhammad Fakhri (IBrC) |
“Mulailah dari ikut lomba yang kecil dulu untuk melatih mental. Perbanyak workshop dan juga perbanyak link.”
Restu Sadam Hasan (ILAC) |
Kegigihan Restu Sadam
Hasan dalam mengikuti ILAC patut mendapat apresiasi sebesar-besarnya. Sebanyak
lima kali berturut-turut sejak 2015, barista Hungry Bird Coffee Roaster ini
tidak pernah luput mengikuti kompetisi menggambar kopi ini. Restu juga tidak
terkecoh untuk pindah kategori kompetisi. Ia terus bertekun dengan impiannya
menjadi wakil Indonesia untuk kejuaraan latte
art dunia. Barista yang memulai karirnya di Bandung ini terbukti pantang
menyerah dan terus belajar dari kendala-kendala yang dihadapi di
periode-periode sebelumnya seperti penilaian technical yang suka jeblok atau konsep gambar yang tidak sesuai
saat eksekusi. Hobi menggambar menjadi salah satu motivasinya mengulik
pola-pola latte art. Tahun ini ia
membuat pattern yang lebih sederhana,
cepat dieksekusi, dan mudah dicerna. Technical basic dipercepat dan durasi
membuat espresso mengikuti perubahan peraturan kompetisi, yaitu minimal 20
detik. Persiapan selama dua bulan menuju regional dengan 24 liter susu dan waktu latihan 8-12 jam tiap harinya. Ia mengakui bahwa mengikuti kompetisi
berarti mengorbankan waktu istirahatnya namun ia tetap konsisten melakukan yang
terbaik. Pihak Hungry Bird Coffee Roaster juga memberikan dukungan penuh dalam
keikutsertaannya.
Semakin dekat dengan
final nasional, ia dihadapkan dengan kondisi under pressure dalam menciptakan pola yang akan dibawa dalam
kompetisi. Pola tersebut berubah-ubah terus dari hari ke hari karena kandidat
pola yang dibuat cenderung sulit untuk dieksekusi dan berisiko mengurangi
nilai. Dalam keadaan tersebut, Restu terus memutar otak mendesain visual yang
orisinal dan akan memberikan nilai yang besar. Pola-pola yang akhirnya ia bawa
ke final, baru tercetus inspirasinya pada H-5 kompetisi. Akhirnya, pola bertema
Butterfly Fish, Mermaid, dan Donkey Playing
Guitar berhasil membawanya menjadi juara ILAC 2019. Saat ditanya apa yang
menjadi bahan bakarnya untuk terus mengikuti kompetisi, Restu menjawab:
“Mengikuti kompetisi itu seperti melawan diri sendiri. Maju kompetisi itu mendapat ilmu dan menang adalah bonus. Ada kutipan dari Vince Lambordi yang selalu memotivasi saya: Winners never quit and quitters never win”.
Baca juga:
Ulasan Indonesia Coffee Events 2017
Ulasan Indonesia Coffee Events 2015
Saya masih awam tentang kopi, sehingga sulit membedakan cita rasa dari jenis-jenis kopi tertentu.
ReplyDeleteYang bikin salut, membuat pola latte art yang unik sesuai artikel di atas, karena pasti perlu skill yang mumpuni.
Incredible points. Sound arguments. Keep up the amazing work.
ReplyDeleteVery good information. Lucky me I discovered your blog by chance (stumbleupon).
ReplyDeleteI have book marked it for later!
nice blog.
ReplyDelete