Ini adalah pengembaraan menyusuri Flores dari ujung timur
menuju ufuk barat pada Maret-April 2016. Berawal dari solo traveling menyambangi tempat wisata, berlanjut pada
pertemuan-pertemuan melalui secangkir kopi. Inspirasi membuat ruang menulis
seputar kopi bermuara dari perjalanan ini. Berikut nama tala yang merupakan sebuah kata dari bahasa Manggarai.
Secangkir kopi menjadi suguhan utama bagi tamu yang
berkunjung ke rumah-rumah penduduk di Flores. Kopi tubruk dengan gula disajikan
dengan berbagai penganan lokal. Pengalaman tinggal di rumah penduduk asli
Flores sukses menimbun kadar kafein dalam tubuh. Tidak tanggung-tanggung, dalam
sehari bisa sampai lima kali penulis disuguhkan kopi seperti saat pagi sebelum atau
bersamaan dengan sarapan, pertengahan antara pagi menuju jam makan siang
(sekitar jam 10.00), sebagai minuman setelah makan siang, sore dan malam hari. Kesempatan
berada di tanah yang terkenal akan kenikmatan kopinya tidak akan disia-siakan
begitu saja. Di dalam perjalanan ini, penulis mengunjungi lokasi pengolahan
kopi dari hulu hingga ke hilir.
Perkebunan
Perkebunan kopi terhampar luas di berbagai wilayah
berdataran tinggi di pulau ini. Di jalan-jalan utama menuju desa dapat mudah
ditemukan berbagai tanaman kopi. Ada yang lahan yang dikhususkan untuk tanaman
kopi hingga yang tumbuh di hutan antara berbagai jenis pepohonan lainnya.
Kampung Adat Wae Rebo di Ruteng yang cukup terkenal karena
kekayaan adat dan budayanya, juga menyimpan kopi yang nikmat. Wae Rebo terletak
di ketinggian 1.200 mdpl yang dikelilingi perbukitan, sepanjang trekking menuju
rumah adat ini, kita akan menemukan tanaman kopi di sisi-sisi jalan setapak.
Di tengah kota Ruteng terdapat Kampung Adat Ruteng Puu. Di
sekeliling kampung adat ini juga terdapat tanaman kopi. Seorang masyarakat adat
kampung tersebut mengatakan bahwa merawat tanaman kopi seperti merawat anak
gadis; harus selalu diperhatikan, seperti halnya tanaman kopi yang jika tidak
diperhatikan dan dibiarkan rimbun daunnya maka tidak akan berbuah tetapi jika
sering diperhatikan dan dibersihkan pasti akan berbuah banyak.
Di daerah pegunungan, seperti Gunung Kelimutu di Ende dan
Gunung Inerie di Bajawa dapat dengan mudah ditemukan lahan penanaman kopi. Tidak
heran jika Flores adalah salah satu daerah penghasil kopi terbesar di
Indonesia.
Pengolahan dan koperasi petani kopi
Sewaktu di Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, penulis
menyempatkan diri singgah ke salah satu koperasi petani kopi. Koperasi petani
kopi ini sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk memproses kopi sejak
dipanen hingga siap diekspor dalam bentuk green
beans maupun dikemas dalam bentuk roasted beans atau bubuk.
Koperasi petani kopi sekaligus unit pengolahan hasil (UPH) ini
sudah terverifikasi oleh lembaga pangan di Amerika dan Jepang seperti USDA
(U.S. Department of Agriculture) Organic, Rainforest Alliance, dan JAS (Japan
Agricultural Standards) Control Union Certifications. Tanaman kopi yang
dikelola oleh para petani kebanyak dari varietas lini S dan sebagian kecil Yellow caturra. Sementara untuk proses pasca panen, tertulis full-washed di papan informasi koperasi.
Hilir
Penulis berkesempatan tinggal di rumah seorang kenalan
sewaktu berkunjung ke Ruteng. Tanpa disangka, rumah tersebut merupakan rumah produksi
pengolahan kopi bubuk yang baru dirintis oleh dua warga asli Ruteng lulusan
Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. Verer dan Livens mengkombinasikan arabika dan robusta menjadi kopi bubuk
yang nikmat untuk disajikan.
Desain kemasan cukup menarik dengan menampilkan secangkir
kopi berlatar rumah adat Manggarai. Merk awal dari produk kopi bubuk ternyata
memiliki kesamaan dengan produk kopi bubuk yang ada di minimarket. Penulis pun menyarankan untuk mengganti nama tersebut
menjadi nama lain yang sama-sama menunjukkan kekhasan asli Manggarai / Flores. Hal
ini penting karena sewaktu-waktu, salah satu pemegang brand akan saling
mengklaim mengenai siapa yang berhak menggunakan nama tersebut. Akhirnya,
diputuskan untuk berganti nama menjadi D’Kraeng Coffee.
Penulis menyaksikan sendiri bagaimana Verer menyortir biji
kopi yang akan disangrai. Sementara, Livens bertugas untuk menyangrai kopi
secara tradisional menggunakan kuali dan kompor bertungku kayu bakar. Setelah
selesai disangrai, kopi dibawa ke pasar untuk digiling menjadi kopi bubuk. Berkilo-kilo
kopi bubuk dibawa ke rumah untuk dikemas menjadi sebungkus kopi bubuk dengan
berat 150 gram.
Kopi Mane, sebuah kedai kopi sederhana dengan keramahan yang luar biasa
dari pemiliknya, Bony Oldam Romas. Lepas pensiun, ia beranjak dari ibukota untuk kembali
ke tanah kelahirannya di Ruteng dan membangun sebuah kedai kopi. Bersama anak
perempuannya, Wenty Romas, mereka berdua mendalami kopi terlebih dahulu melalui
kelas-kelas di ABCD School of Coffee, Jakarta.
Kopi Mane menyediakan biji-biji kopi berkualitas tinggi dari
berbagai penjuru Flores. Arabika, robusta hingga kopi lanang dapat menjadi
pilihan bagi para pengunjung. Biji kopi baru digiling ketika sudah dipesan
sehingga akan terasa kesegarannya. Dapat diseduh dengan metode tubruk, french press hingga Vietnam-drip. Beragam penganan lokal tersaji jadi teman minum
kopi. Untuk makanan berat, ada nasi goreng, sop buntut dan soto ayam.
Kedai yang terletak di Jalan Yos Sudarso No. 12, Ruteng ini
mendapat rating tinggi untuk service,
value, food dan atmosphere situs
Tripadvisor. Komentar-komentar positif membanjiri kanal Kopi Mane di situs
tersebut dari berbagai turis mancanegara yang pernah singgah. Sewaktu
berkunjung ke Liang Bua, penulis sempat mendapati Bony Romas mengantarkan pelanggannya
dengan mobil pribadi karena sulitnya akses kendaraan umum ke destinasi
tersebut.
Keberhasilan Kopi Mane dalam memperkenalkan kekayaan kopi
lokal bagi wisatawan yang datang, mendapat sambutan baik oleh kelompok petani
kopi di Manggarai. Kelompok petani kopi Manggarai mendukung Kopi Mane untuk
membuka cabang kedai kopinya di Labuan Bajo. Kota di paling barat Flores
sekaligus gerbang masuk ke Taman Nasional Komodo. Lokasi di mana turis
menghabiskan waktu untuk menikmati keindahan alam dan panorama bawah laut
Flores.
Sebagai salah satu lumbung kopi terbesar di Indonesia,
Flores menjadi tempat yang tepat untuk menelusuri seluk-beluk penamanan,
pengolahan hingga penjualan kopi. Selain mengenali kopi lebih jauh, Flores juga
kaya akan kebudayaan dan panorama alam mempesona. Salah satu destinasi
pariwisata yang cocok bagi penikmat kopi yang ingin menikmati alam dan budaya
pulau bunga ini.
Menarik banget tulisannya. Tabloid Kontan edisi bbrp hari yg lalu ada liputan khususnya tentang kopi.
ReplyDeleteNgopi sehari sampe 5x bisa pingsan kayaknya. Hahah
ReplyDeleteAku suka kopi, tapi perut ini udah gak mampu kalo keseringan. Hiks