Indonesia Coffee Events 2017 telah selesai dilaksanakan pada
5-8 April 2017 di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta. Terdiri dari empat kompetisi
seperti Indonesia Barista Championship (IBC), Indonesia Latte Art Championship
(ILAC), Indonesia Cup Tasters Championship (ICTC) dan Indonesia Brewers
Championship (IBrC). Sebelumnya telah
dilakukan babak penyisihan yang terbagi menjadi dua, yaitu:
- Eastern Championship yang meliputi wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi dan Papua. Kompetisi dilaksanakan di Hotel Sanur, Bali pada 2-4 Desember 2016. Berikut daftar pemenangnya:
1. Jimmy Halim (Common Grounds, Surabaya)
2. Arief Rachman (Common Grounds, Surabaya)
3. Yanuar Arlif (Vens Coffee, Malang)
ILAC
1. Restu Sadam Hasan (Hungry Bird Coffee
Roaster, Bali)
2. Gede Suardiawan (Sisterfields, Bali)
3. Toni Waringgi (Common Grounds, Surabaya)
ICTC
1. Arif Widodo (Monopole Coffee Lab,
Surabaya)
2. Ivan Emil Kurniawan (Sensa Koffie, Bali)
3. Edward Lazaar (Anomali Coffee, Bali)
IBrC
1. Michail Seno Ardabuana (Eleven
Elephants, Bali)
2. Andi Fachri (independen)
3. Shayla Philipa (Hungry Bird Coffee
Roaster, Bali)
- Western Championship yang meliputi wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera dan Kalimantan. Kompetisi dilaksanakan di Kuningan City, Jakarta pada 9–12 Februari 2017
IBC
1. Yoshua Tanu (Common Grounds, Jakarta)
2. Jonathan Kevin Perwata (Coarse &
Fine Coffee, Tangerang)
3. Kiki Hermawan (Say Something Coffee,
Jakarta)
ILAC
1. Ovie Kurniawan (Common Grounds, Bandung)
2. Achmad Chusairi (Starbucks Coffee,
Jakarta)
3. Evelyn Yamin (Common Grounds, Jakarta)
ICTC
1. Wisnu Putro (Starbucks Coffee, Jakarta)
2. Ivan Pratama (independen)
3. Kristian Aditya (PT Kopiku Indonesia,
Bandung)
IBrC
1. Rendy Anugrah Mahesa (Coffee Smith,
Jakarta)
2. Ananditya Rinaldi (Caswells Coffee,
Jakarta)
3. Richard Lawardi (Djule Kofi, Jakarta)
- IBC
1. Yoshua Tanu (Common Grounds, Jakarta)
2. Jimmy Halim (Common Grounds, Surabaya)
3. Raymond Ali (Luthier Coffee, Palembang)
- ILAC
1. Ovie Kurniawan (Common Grounds, Bandung)
2. Evelyne Yamin (Common Grounds, Jakarta)
3. Indra Budiman (Common Grounds, Bandung)
- ICTC
1. Dimas Juliannur Fajar (Segitiga Coffee, Pontianak)
2. Jane Sugianto (SF
Roastery – Coffee Lab, Bandung)
3. Ardy Maulana (Office Coffee Roastery, Banjarmasin)
- IBrC
1. Harison Chandra (Ottoman’s Coffee Brewers, Jakarta)
2. Michail Seno Ardabuana (Eleven Elephants, Bali)
3. Hiro Panji Lesmana (Common Grounds, Jakarta)
Para jawara di tiap kompetisi akan bertanding di tingkat
dunia. Untuk pemenang ILAC, ICTC dan IBrC berlaga pada World Coffee Event tahap
I , 13-15 Juni 2017, di Budapest, Hungaria. Sementara, pemenang IBC pada World
Coffee Event tahap II, 9-12 November 2017, di Seoul, Korea Selatan.
Terdapat beberapa perbedaan dari kompetisi sebelumnya ,
Indonesia Coffee Events 2015. ICE 2015 terbagi dalam tiga regional penyisihan,
yaitu Bali, Jakarta dan Semarang. Waktu pelaksanaan ICE 2015 dimulai pada awal
September 2015 dan grand final pada
pertengahan Oktober 2015.
Pada ICE 2017, setiap juri wajib mengikuti workshop dan
lulus ujian sehingga mendapatkan sertifikasi sebagai juri. Standar sertifikasi
ini diakui panitia (Barista Guild Indonesia) sebagai standar juri kopi level
dunia. Bagi calon juri yang dalam kurun waktu lima tahun terakhir sudah pernah menjadi juri di minimal dua kompetisi nasional resmi (sanctioned by) World Coffee Events maka tetap wajib mengikuti kelas dan tes sertifikasi namun tidak dipungut biaya. Jika
tidak sesuai dengan syarat tersebut, maka wajib membayar Rp 2.000.000 / orang
untuk tiga sertifikasi (IBC, ILAC, IBrC) atau Rp 1.000.000 / orang untuk satu
sertifikasi.
Babak Western Championship dimeriahkan oleh Coffee Village
di mana coffeeshop, roastery dan penjual merchandise berbau kopi berkumpul jadi
satu. Coffee Village terbilang sukses karena dipenuhi oleh pengunjung yang
ingin mencicipi cita rasa kopi Indonesia maupun dunia secara gratis, baik manual brew coffee maupun espresso based.
Pengunjung yang datang pada babak final ICE 2017
beruntung mendapat kesempatan mengikuti workshop meramu kopi dengan berbagai metode dari barista tingkat dunia. Workshop yang diadakan oleh penyedia peralatan dan bahan baku kopi, Toffin,
bertajuk “What’s Brewing” dengan pemateri Hidenori Izaki (2014 World Barista
Champion), Francesco Masciullo (2017 Italy Barista Champion) dan Tetsu Kasuya
(2016 World Brewer Champion).
Dalam menyaksikan pertandingan final, pengunjung
diajak berolahraga dengan berjalan kaki dari Hall B (IBC & ILAC) ke outdoor area (ICTC & IBrC) yang
dinaungi tenda di depan Hall C. Sebagai bonus, terdapat kompetisi fruit craving, cake decoration dan cooking competition di outdoor area yang berdekatan dengan
panggung ICTC dan IBrC.
Kiri:undangan, kanan: fastlane ticket |
Hal yang sangat disayangkan pada perhelatan final
di Jiexpo Kemayoran, Jakarta adalah mengenai undangan yang menjadi tiket masuk
ke payung acara ICE 2017, yaitu Food & Hotel Indonesia 2017. Publikasi
mengenai undangan yang didistribusikan di Ombe Kofie, Say Something Coffee,
Cultivate Coffee dan Coffee Smith tidak disebarluaskan dengan baik dari pihak
panitia maupun pihak coffeeshop. Jika
mengecek website maupun posting Instagram panitia dan coffeeshop tersebut (tidak termasuk Instastories karena hanya bertahan 24 jam), tidak ada informasi
mengenai keberadaan undangan tersebut. Adapun penulis baru mengetahui mengenai
tiket masuk seharga Rp 100.000 sehari sebelum acara berlangsung melalui akun
Barista Guild Indonesia. Dalam postingan terkait undangan dan tiket tersebut, penulis menanyakan undangan
bisa didapatkan di mana, kemudian dijawab dengan nama-nama coffeeshop yang telah disebutkan di awal. Penulis pun kembali
bertanya, mengapa hal tersebut tidak diinformasikan dari jauh-jauh hari namun
tidak ada jawaban apapun dari panitia.
Kenyataannya, banyak peminat kopi yang ingin hadir
namun tidak memiliki undangan atau mungkin tidak mendapat informasi mengenai
undangan yang telah tersedia. Bagi yang telah mendapatkan undangan pun tetap harus mengantri dan melampirkan kartu nama sebagai persyaratan mendapatkan id visitor.
Faktanya, tiket masuk seharga Rp 100.000 hanya untuk tiket gold di mana pengunjung tidak harus antri panjang dibanding dengan pengunjung yang masuk gratis. Tiket masuk tanpa biaya hanya mewajibkan pengunjung melampirkan kartu nama pada fastlane ticket. Kartu nama terlampir kemudian dicetak menjadi id visitor dan tidak disinkronisasikan dengan kartu pengenal. Ini mengindikasikan bahwa siapapun bisa masuk dengan membawa kartu nama, baik kartu nama sendiri maupun orang lain karena tidak adanya pengecekan. Sayang beribu sayang, hal ini sepertinya luput dari perhatian panitia sehingga banyak coffee enthusiast yang menanggung kecewa karena persoalan tiket masuk. Semoga tahun depan persoalan ini tidak terulang lagi.
Faktanya, tiket masuk seharga Rp 100.000 hanya untuk tiket gold di mana pengunjung tidak harus antri panjang dibanding dengan pengunjung yang masuk gratis. Tiket masuk tanpa biaya hanya mewajibkan pengunjung melampirkan kartu nama pada fastlane ticket. Kartu nama terlampir kemudian dicetak menjadi id visitor dan tidak disinkronisasikan dengan kartu pengenal. Ini mengindikasikan bahwa siapapun bisa masuk dengan membawa kartu nama, baik kartu nama sendiri maupun orang lain karena tidak adanya pengecekan. Sayang beribu sayang, hal ini sepertinya luput dari perhatian panitia sehingga banyak coffee enthusiast yang menanggung kecewa karena persoalan tiket masuk. Semoga tahun depan persoalan ini tidak terulang lagi.
Seperti saya, yang bisa masuk ICE 2017 kemarin dengan modal kartu nama yang didapatkan 3 tahun lalu.. hahaha..
ReplyDeleteSaya pun demikian, pakai kartu nama dari kantor lama padahal udah resign hehehe
Delete